Selain menjadi berdampak pada politik nasional, peristiwa ini juga memberi “pukulan telak” pada ekonomi negara. Pukulan ini membuat rakyat menderita selama beberapa tahun ke depan.
“Dari 1965 pasca G30SPKI sampai 1970an ibaratnya rakyat tu sengsaranya setengah modar,” beber Baba.
Sebetulnya, kondisi ekonomi masyarakat memang belum stabil pasca kemerdekaan. Pemerintah sampai pernah memotong nilai Rupiah pada 1963. Uang yang awalnya bernilai 10.000, turun nilai menjadi 1.000.
Peristiwa G30SPKI hanya memperburuk keadaan.
Baca Juga:Cerita Detik-detik Letnan MT Haryono Dibunuh saat G30SPKI, dari Mimpi Ditusuk Tombak
Kesengsaraan masyarakat Depok saat itu antara lain, langkanya bahan pokok seperti beras dan minyak tanah. Sehingga terjadi kelaparan di mana-mana.
Menurut Baba, pasokan bahan pokok sebelum G30SPKI dikuasai oleh petinggi negara yang Sebagian besar merupakan kader-kader PKI. Rantai pasok ini berantakan karena upaya pemerintah menumpas PKI.
Sebab, penguasa bahan pokok sebelumnya, PKI, sudah diburu dan tidak bisa mengamankan rantai pasoknya lagi. Padahal, belum ada penguasa bahan pokok penggantinya yang cukup kuat.
Kondisi masyarakat saat itu terasa lebih berat karena sistem pertanian belum secanggih sekarang. Padi hanya bisa dipanen 4-6 bulan sekali, bukannya 3 bulan sekali seperti sekarang.
Karena waktu panen yang lama, akhirnya persediaan masyarakat lebih dulu habis sebelum datang musim panen selanjutnya.
Baca Juga:Tanah dan Bangunan Terpidana Korupsi Proyek Hambalang di Jakarta Dilelang KPK
Demi mengatasi kelangkaan beras dan kelaparan, pemerintah sampai mengimpor bulgur dari Amerika. Bahkan, menerima sumbangan bulgur juga dari Australia untuk makanan pokok masyarakat .