THHK, Organisasi Tionghoa dan Perannya untuk Sepak Bola Indonesia

Tiong Hoa Hwee Koan atau THHK ialah organisasi Tionghoa yang memiliki peran untuk sepak bola Indonesia.

Galih Prasetyo
Selasa, 01 Februari 2022 | 17:55 WIB
THHK, Organisasi Tionghoa dan Perannya untuk Sepak Bola Indonesia
Union Makes Strength (UMS), klub sepak bola yang didirikan oleh Organisasi Tionghoa, THHK (jakarta-tourism.go.id)

SuaraBogor.id - Pada era Indonesia masih berada di cengkerama penjajah kolonial Belanda, banyak bermunculan perkumpulan olahraga alias POR. Kebanyakan POR yang berdiri di era 1900-an didirikan oleh sejumlah etnis tertentu.

Kehadiran POR ini menjadi ajang sosialisasi dan bersaing di bidang olahraga. Sejumlah orang dari etnis Manado, Maluku, Jawa hingga Tionghoa ramai-ramai mendirikan POR.

Etnis Tionghoa pun tak ketinggalan. Di Batavia alias Jakarta, etnis Tionghoa juga memiliki organisasi sendiri. Namanya organisasinya Tiong Hoa Hwee Koan (THHK).

THHK ini pada awal berdirinya memiliki misi untuk menyebarkan ide-ide dan ajaran Konfusianisme dan pengatahuan umum kepada masyarakat Indonesia-Tionghoa.

Baca Juga:Media Inggris Soroti Perkembangan Karier Egy Maulana Vikri yang Dijuluki 'Messi Indonesia'

Saat POR menjamur di Indonesia, THHK pun tak mau ketinggalan. Awalnya THHK hanya fokus pada cabang olahraga atletik dan bola keranjang alias basket. Sepak bola belum dilirik karena belum populer.

Sepak bola kemudian menjadi perhatian banyak orang di Batavia. THHK pun tak mau ketinggalan dan mulai membentuk tim bernama Tiong Hoa Hwee Koan Scholar’s Football Club atau Pa Hoa FC. Klub ini berdiri pada 2 Agustus 1912.

Dua tahun setelah berdiri, Pa Hoa FC berganti nama menjadi Union Makes Strength (UMS). Etnis Tionghoa mayoritas bergabung di UMS. Awalnya klub ini berlatih dengan menyewa lapangan klub sepak bola Donar alias Tjih Ying Hwei.

Namun kemudian klub ini sebuah kebun milik orang pribumi bernama Haji Manah mereka sewa dengan tarif 6 gulden per bulan. Tak berselang lama, dua pendiri UMS, Oey Keng Seng dan Louw Hap Ic membeli lapangan tersebut dari Haji Manaf.

Peran UMS untuk Sepak Bola Indonesia

Baca Juga:Festival Perang Air dan Sejumlah Acara Perayaan Imlek di Meranti Ditiadakan Lagi

Setelah melalui fase kurang mengenakkan di era saat awal-awal kelahiran PSSI, UMS bersama klub sepak bola Tionghoa lainnya, Tunas Jaya pada akhirnya bergabung ke VIJ.

VIJ atau Voetbalbond Indonesische Jacatra berdiri pada 28 November 1928. Klub ini adalah cikal bakal Persija. Kemunculan VIJ sendiri untuk menyangingi oetbal Bond Batavia Omstreken (VBO), perkumpulan sepak bola orang Belanda. UMS di awal-awal bergabung ke VBO.

Pada era 50-an, setelah Indonesia merdeka, UMS tidak lagi menjadi klub khusus orang Tionghoa. Ialah Djamiat Dalhar menjadi pemain pribumi pertama yang bergabung ke UMS.

Djamiat Dalhar saat itu tinggal di Tanah Abang. Dalhar menghabiskan masa kecilnya di Yogyakarta. Dia mulai bermain sepak bola ketika kanak-kanak, di alun-alun sekitar masjid Agung Yogyakarta.

Kehadiran Djamiat Dalhar membuat UMS menjadi klub lokal yang sulit dikalahkan di kompetisi internal VIJ alias Persija. Djamiat bersama sejumlah pemain Tionghoa seperti Chris Ong, Thio Him Tjiang, dan Kwee Kiat Sek pada akhirnya menjadi andalan di tim utama Persija.

Mereka-mereka juga yang menjadi kekuatan di timnas Indonesia di era 50-an. Kwee Kiat Sek dan Thio Him Tjiang menjadi bagian dari tim Merah Putih saat Indonesia menahan imbang Uni Soviet 0-0 di Olimpiade 1956.

Selain Thio Him Tjiang, timnas Indonesia saat itu juga diperkuat oleh Ramang, Phoa Sian Liong, serta Maulwi Saelan. Sedangkan Djamiat Dalhar yang sempat bersekolah di Sekolah Apoteker Salemba menjadi andalan saat Indonesia dilatih Antun Poganik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini