Hari Anak Nasional: Kisah Egi Anak di Pelosok Cianjur, Berjalan Kaki Naik Turun Bukit Sejauh 3 Kilometer Untuk Sekolah

Tidak hanya itu, beberapa siswa dan murid harus menyebrangi jembatan gantung

Andi Ahmad S
Sabtu, 23 Juli 2022 | 06:00 WIB
Hari Anak Nasional: Kisah Egi Anak di Pelosok Cianjur, Berjalan Kaki Naik Turun Bukit Sejauh 3 Kilometer Untuk Sekolah
Egi Sugilar dan teman-temannya tengah bermain bola di lapangan sekolah SDN Cigombong, Cibinong Cianjur. [Fauzi/Suarabogor.id]

SuaraBogor.id - Kabupaten Cianjur masuk kedalam wilayah terluas dan menempati posisi kedua di Jawa Barat dengan luas wilayah mencapai 3 840,16 kilometer persegi.

Dari luas wilayah tersebut ada ribuan siswa-siswi yang masih tengah mengeyam pendidikan mulai dari tinggkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan SMK/SMA diseluruh wilayah di Kabupaten Cianjur.

Posisi wilayah Cianjur yang menempati posisi kedua terluas di Jawa Barat setelah Kabupaten Garut ini, tidak jarang masih banyak ditemukan siswa dan murid di Cianjur yang tinggal didaerah terpelosok terpaksa harus jalan kaki dengan jarak berkilomer jauhnya.

Tidak hanya itu, beberapa siswa dan murid harus menyebrangi jembatan gantung, atau rakit yang terbuat dari bambu untuk pergi kesekolah demi mendapatkan pendidikan yang layak.

Baca Juga:Foto Bareng Teman-teman SD, Postur Tubuh Rafathar Menjadi Sorotan

Egi Sugilar (13) misalnya, anak asal Kampung Pasir Kohkol, Desa Kertamukti, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur terpaksa harus berjalan kaki sejauh 3,5 kilometer setiap harinya untuk sampai disekolahnya.

Bocah kelas 6 SD tersebut tercatat sebagai murid di SDN Cigombong, Kecamatan Cibinong. Anak berkulit sawo matang tersebut harus bangun tidur sekitar pukul 04.00 WIB pagi, setelah mandi, kemuan solat subuh, dirinya langdung bersiap-siap berangkat ke sekolahnya.

Bocan yang bercita-cita menjadi anggota TNI tersebut mulao berjalan kaki dari rumahnya, sekitar pukul 5.00 WIB pagi.

Bocah kelahiran tahun 2009 itu setelah melangkahkan kaki dari rumahny untuk pergi sekolah, dirinya langsung mengajak teman-temannya untuk pergi sekolah bersama-sama.

Bukan jalanan lurus, atau jalan aspal, bahkan trotoar yang mulis yang dilalui kebanyakan siswa diperkotaan untuk sampai ke sekolah. Melainkan bukit yang menanjak, hingga rumput-rumput ilalang.

Baca Juga:Transjakarta Gunakan Bus Listrik Mobil Anak Bangsa Indonesia untuk Layani Rute Dukuh Atas 2- Ragunan

Namun saat terjadi hujan turun, Egi terpaksa harus melalui jalan yang dipenuhi dengan lumpur, agar sepatunya tetap bersih, kadang bocah beramput ikat tersebut harus membuka sepatunya agar tetap bersih, dan berjalan kaki tanpa menggunakan alas.

"Kalau lagi hujan, kadang gak pake sepatu biasa aja jalan kaki, biar nanti pas masuk kelasa engga kotor," kata Egi sambil menendang bola di lapang sekolahanya.

Setelah tiba disekolah, Egi terpak harus disatukan dengan kelas 5, karena di SDN Cigombong itu, cuman tinggal dirinya seorang yang tercatat sebagai kelas enam.

Setelah pukul 10.00 WIB, ia dengan beberapa temanya kembali jalan kaki untuk pulang. Setelah pulang, biasanya Egi membantu orang tuanya, usi itu baru dirinya bisa main dengan teman sebanyanya.

Meski seragam putih merah yang dipakainya telah lusuh, hal itu tidak membuat Egi patah semangat untuk menimbah ilmu, walau pun harus naik turun bukit sejauh 3 kilometer.

Menjelang magrib, Egi pun pergi ke masjid untuk menunaikan solat, lalu belajar mengani dengan guru didekat rumahnya.

Bocah kurus yang cukup tinggi diusianya itu, pun berniat untuk melanjutkan sekolah hingga tinggkat SMA/SMK agar bisa mengabdi pada negara, dengan mengikuti pendaftaran TNI.

"Sekolah mau di lanjut sampai ke SMA/SMK karena nanti pengen jadi bapak-bapak tentara, karena gagah, bisa mengamanin negara juga," senyumnya.

Egi merupakan anak dari seorang petani yang tinggi didaerah perbatasan antar Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Bandung.

Kontributor : Fauzi Noviandi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini