Besek Ikan, Anyaman Bambu Turun Temurun Andalan Sebagian Warga Desa Bojong Murni

Satu ikat berisi 100 besek dihargai 14.000 rupiah.

Fabiola Febrinastri | Iman Firmansyah
Jum'at, 17 Maret 2023 | 18:49 WIB
Besek Ikan, Anyaman Bambu Turun Temurun Andalan Sebagian Warga Desa Bojong Murni
Warga Desa Bojong Murni memproduksi Besek Ikan. (Istimewa)

SuaraBogor.id - Besek ikan, sebuah keranjang kecil anyaman dari bambu, menjadi salah satu aktivitas produksi rumahan warga Kampung Jambuluwuk, Desa Bojong Murni, Kecamatan Ciawi, Bogor. Dari hasil ketekunan menganyam ini, warga bisa mendapatkan penghasilan untuk biaya hidup sehari hari. Warga kampung, terutama kaum perempuan memiliki keahlian membuat produksi besek secara turun temurun untuk dijual menjadi kemasan ikan cue yang dikirim ke berbagai daerah di Bogor bahkan sampai Jakarta.

Sejarah pengrajin besek di Desa Bojong Murni dimulai puluhan tahun yang lalu, ketika warga setempat mendapat order membuat besek untuk kemasan ikan yang akan dipasarkan di Bogor dan berbagai daerah lainnya. Seiring berjalannya waktu, keahlian dalam membuat besek turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi.

Pada masa sekarang, warga masih mempertahankan keahlian tersebut dan mampu menjadi andalan penghasilan tambahan warga. Setiap harinya, para pengrajin besek menggunakan bambu yang diambil dari pinggiran sungai sekitar Desa. Ada juga warga yang membeli dari warga lain yang sudah menyiapkan dalam bentuk batangan bambu, potongan atau bahkan suwir bambu yang sudah siap dianyam.

Jumsih, salah satu pengrajin mengatakan bahwa membuat besek ikan cukup mudah, karena memang lebih mengutamakan fungsinya untuk kemasan ikan.

Baca Juga:Aktris Kenamaan Nani Wijaya Meninggal Dunia, Rencana Dimakamkan di Bogor

"Setiap hari, bagi yang sudah mahir bisa dapat 150 sampau 200 besek. Bahkan ada yang bisa 300 besek," ungkapnya.

Berbeda dengan Jumsih yang mengerjakan besek ikan bersama dengan suaminya, Mahfudin, warga lainnya, Yati, bahkan memproduksi sendiri sampai ribuan besek dalam satu minggu. Mulai dari memotonmg bambu di kebun sampai menjadi bahan baku dan menganyam menjadi besek dilakukannya sendiri.

“Dalam satu minggu ini, ada 1.500 besek yang siap diambil. Semua saya kerjakan sendiri,” katanya sambil membakar ikatan besek untuk menghilangkan sisa serabut bambunya.  

Besek hasil anyaman warga ini akan diambil oleh pengepul seminggu sekali. Namun, warga yang mau menjual besek setiap hari, bisa langsung ke pengepul yang juga warga setempat, sehingga memudahkan perputaran modal dan bisa menjadi andalan warga.

Ketua RW 02 Kampung Jambuluwuk, Dadan Ali Murdani menjelaskan pembuatan besek ikan ini menjadi andalan sebagian warga di wilayahnya.

Baca Juga:Nani Wijaya Meninggal Dunia, Dimakamkan di Pesantren Al Ihya Bogor

“Besek ikan menjadi cara bagi warga bertahan hidup," ungkapnya.

Dadan menjelaskan, proses pembuatannya mulai dari potong bambu di kebun, lalu dipotong sesuai ukuran dan dibuat menjadi bahan baku. Lalu dianyam menjadi besek untuk dijual. Besek akan diambil untuk dibawa ke pengepul besar di desa sebelah, sebelum kemudian dibawa ke pasar Ciawi atau ke pembeli diluar kota.

Menurut Dadan, satu ikat berisi 100 besek dihargai 14.000 rupiah. Dalam satu minggu rata-rata pengrajin bisa mendapatkan 56.000 hingga 200.000 rupiah, sesuai jumlah produksinya.

Keahlian dalam membuat besek telah menjadi penghasilan sampingan bagi sebagian besar warga Kampung Jambuluwuk. Selain sebagai penghasilan, membuat besek juga menjadi salah satu cara untuk mempertahankan kemampuan asli dari orang tua mereka.

Dengan keahlian dan keterampilannya dalam membuat besek, warga Kampung Jambukuwuk telah menjadi bagian penting dalam industri kemasan ikan cue yang sering ada di meja makan kita. Semoga keahlian dan hasil karya mereka terus dilestarikan dan diapresiasi oleh masyarakat luas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini